Postingan

Ketika Cinta Mulai Menyapa

Mendung mungkin masih menggantung Mentaripun enggan bersinar Masih dalam kesendirian  Meresapi kisah perjalan yang harus berakhir luka Inilah hidup  Kadang tak seperti apa yang kita harapkan Iklas...... Kata itu mungkin bisa membuat kita menerima segalanya Dan saat segalanya diam  Kau datang menyapaku Tak terbersit olehku sapamu kan bermakna buatku Senyummu menguatkanku Kata-katamu mengembalikan rasa percayaku  Rasa percaya yang hampir sirna Mungkinkah ini cinta Datang menyapa dan memberi rasa  Rasa yang lama kurindu dan menggetarkan hati Cintamu teruslah menyapaku Kan kujaga rasa ini hanya untukmu

Hujan Datang Tanpa Pesan

Hujan datang tanpa pesan Membasahi disetiap pori bumi yang gersang Sejuk rinai hujan menyentuh kalbu Menyadarkanku dari lamunanku Hujan kali ini mengingatkanku  Akan satu waktu Waktu dimana kau dan aku  dalam kisah yang syahdu Hujan datang mencumbuku Mencabik hati yang rindu Rindu akanmu  Meski separuh kisah tlah kutinggal tapi masih menyisakan rasa  Hujan datang tanpa pesan Menghapus sisa rasaku, Luruhkan kenanganku bersamamu Biarlah rintikmu menghanyutkan semua tentangmu Hanyut terbawa waktu yang terus berlalu.

Aku Tak Kan Merasa Sendiri

Ketika tangan ini tak sanggup lagi mendekap jangan tanyakan kenapa Ketika bibir ini tak lagi bisa tersenyum  jangan tanyakan mengapa Tak kan kau rasakan lagi dekap hangatku Tak kan kau lihat lagi senyum manisku Prahara itu tlah memecahkan harapanku menghempaskanku....  meremukan semua impian-impianku Meredupkan cahaya hidupku Aku terdiam tertunduk....  Bumi yang kupijak serasa berputar Gelap.... seakan kuterjatuh ke dalam jurang yang dalam Tuhan, seperti inikah yang dia inginkan menghancurkan segala impian dan harapanku Ataukah  kan Kau berikan Hidup terindah di sisa hidupku Aku hanya bisa bersyukur jika ujung hidupku tak berakhir bersamanya Tuhan, tak kan pernah kusesali  Kan kurekatkan lagi hati yang tlah retak kan kusongsong mentari yang tak pernah lelah bersinar selama Kau slalu disisi Aku tak kan merasa sendiri.

Balada Seorang Mualaf

Ini bukan cerpen ataupun novel, apalagi dongeng Ini kisah nyata tentang sebuah balada  Balada kehidupan antara manusia dengan Tuhannya Kisah berawal di sebuah rumah dalam pelukan malam nan sunyi mencekam mata ini masih terjaga kulangkahkan kaki kesebuah kamar dimana anakku tidur dalam gelisah kutenangkan dengan belaian kasih sayang Saat aku beranjak keluar mataku tertuju pada lantai seperti tak percaya dan bingung Hingga pertanyaan datang dari mana paku-paku kecil ini datang? Plafon masih bagus dan rapat tak sedikitpun yang rusak tak mungkin paku jatuh begitu saja dari atas Kupunguti satu persatu,kutaruh dalam tangan kudapat separuh genggam Tak berpikir buruk tentang paku dari mana paku itu datang kurebahkan tubuh penatku sambil berpikir.... Mungkinkan paku-paku dibawa seekor tikus tapi untuk apa tikus-tikus itu bawa paku sejak kapan tikus doyan sama paku atau mungkin tikusnya mau bikin rumah gedung  seribu pertanyaan datang tanpa terjawab sampai kelela

Bagaimana Kan Kusampaikan

Pertama kali melihatmu Tak sedikitpun kuberpikir tentangmu Kau tak pernah hadir di hidupku tak pernah singgah di hatiku Sapamu seperti angin berlalu Mendesah ragu ditelingaku Tak kuhiraukan itu Kini begitu terasa ada yang hilang.... Sehari tak ada kamu gelisah tak menentu gundah menamparku Jika sapamu sunyi di telingaku Kutak ingin rindu sendiri Perlahan adamu, mengisi duniaku Mengusik-usik hatiku Menggeletik perasaanku Menyusup disetiap relung kalbuku Bagaimana kan kusampaikan, Jika disini kumerindukanmu

Ini Bukan Mimpi

Aku hanya tersenyum saat melihatmu Tak berani memelukmu Hanya duduk dan memandangmu Akhirnya kubertemu melihatmu.... berbicara denganmu dan tertawa bersamamu Kupegang wajahmu matamu.... hidungmu.... Semua nyata bukan mimpi Aku terpaku menatapmu Kau sentuh bibirku "Ini aku, datang hanya untukmu" Bisikmu sambil memelukku

Aku Akan Tetap Pergi

Jangan halangi langkahku tuk pergi  Luka ini terlalu dalam Kata sayang dan cintamu Tak mampu lagi membuatku berhenti Biarlah luka ini kubawa pergi Menjauh dari ragamu yang biasa memelukku Biarlah lara ini kubawa berlari Menjauh dari tangan kokohmu yang dulu selalu mendekapku Dulu hati ini hanya untukmu Dulu setiap detak jantungku Bergemuruh karnamu Dulu setiap nafas yang kuhela Kerinduanku padamu Kini setiap denyut nadiku berlagu pilu Teriakan sesalmu tulikanku Air matamu butakanku Sesalmu tak surutkanku Tuk pergi tinggalkanmu